JualBeli Sastra Cerpen Musuh Bebuyutan Jadi Cinta. Tersedia Produk aman dan mudah, jaminan uang kembali 100% di Bukalapak.
Cerpen Karangan Uswatun HasanahKategori Cerpen Cinta, Cerpen Remaja Lolos moderasi pada 22 January 2015 Hai, gue Pricillia Sagita, panggil aja Cilla. Gue sekolah di SMA Harapan Bangsa Jakarta kelas 10. Gue punya orang-orang yang paling gue sayang. Yang pertama nyokap dan bokap gue, kakak gue, dan sahabat-sahabat gue yang baik hati. Nyokap dan bokap gue udah pasti baik dan sayang sama gue. Kakak gue, Kak Nino, baik, penyayang, tapi kadang suka nyebelin. Dan kelima sahabat-sahabat gue. Yang pertama Olive, menurut gue, anaknya udah pasti baik, dewasa, pinter dan kadang tingkah lakunya suka aneh. Terus tiara, anaknya sich baik, cerewet, manja, di bilang pinter sich iya, Cuma nggak pinter-pinter amat hehehe. Ketiga Yuki, anaknya tomboy banget, sensitif, dia paling marah kalau ada orang yang nyakitin sahabatnya, kalau dia udah marah, habislah tuh orang!. Keempat Natasya, kadang lola’, suka nggak nyambung, manja, cengeng, dan nggak bisa pisah sama yang namanya lollipop. Dan yang terakhir Karin, anggun, lembut, baik, pinter, sopan, dewasa, pokoknya feminim banget dech. Kalau gue, udah pasti pinter, cantik, ramah, murah senyum, dan baik hati hehehe. Gue punya musuh bebuyutan dari zaman gue SD sampai sekarang. Namanya Ciko Ananda Putera. Orang yang super duper nyebelin. Cuma gara-gara saingan nilai dan peringkat, gue musuhan sama anak tetangga depan rumah itu. Hari ini hari pertama Cilla masuk sekolah, Cilla masuk di kelas 10 – A. Waktu Cilla mau masuk kelas, tiba-tiba ada orang yang lari dan nabrak Cilla, sampai Cilla jatuh!. Waktu Cilla lihat siapa yang nabrak Cilla, sontak Cilla langsung berdiri. Karena yang nabrak Cilla itu si Ciko. Timbullah adu mulut antara Cilla dan Ciko. “Apaan sich lo nabrak-nabrak gue!.” tanya Cilla sengit. “Lo tuh yang nabrak gue!.” ucap Ciko dengan nada tinggi. “Idih, nih orang udah salah, nyolot lagi!.” kata Cilla kesal. “Lo tuh yang nyolot!.” ucap Ciko dengan nada lebih meninggi. “Hello? Jelas-jelas lo yang lari-lari nggak liat ada orang, terus lo main nabrak aja!.” “Lo kali yang nggak liat-liat ada orang yang mau masuk juga!.” “Masih nyolot lagi!. Lo tuh yang nabrak gue!.” “Lo!.” “Lo!.” Tiba-tiba datang Ibu Hesti yang menjadi wali kelas 10 – A. Ibu Hesti langsung melerai Ciko dan Cilla. “Sudah-sudah! Ada apa ini?! Baru hari pertama masuk sekolah kalian sudah berkelahi, bagaimana hari-hari selanjutnya!.” ucapnya tegas. “Dia tuh bu, yang mulai duluan!” ucap Ciko dan Cilla bersamaan. “Lo!” “Lo tuh!.” “Sudah, hentikan!. Sekarang kalian saling memaafkan!” . “Lo duluan!.” “Kenapa harus gue?.” Dengan paksa Ibu Hesti menarik tangan Ciko dan Cilla. “Maafin gue”. “Maafin gue juga”. “Nah, begitu kan lebih baik. Sekarang kalian masuk dan duduk dengan rapi.” Waktu istirahat pun tiba, semua siswa keluar kelas dan sibuk dengan aktivitas masing-masing. Di kantin sekolah, keenam sahabat berkumpul dalam satu meja, Cilla, Natasya, Karin, Yuki, Olive dan Tiara. Mereka bercerita tentang kejadian yang baru saja dialaminya. Tiara bertanya pada Cilla, karena dari tadi Tiara memperhatikan Cilla sedang cemberut. “Cilla lo kenapa?. Muka lo kok cemberut sich?.” tanya Tiara. “Gue habis berantem lagi.” “Sama siapa?.” tanya Olive juga. “Sama orang yang super duper nyebelin!.” jawab Cilla dengan nada kesal. “Maksud lo Ciko?.” tebak Yuki. “Iya, siapa lagi coba.” jawab Cilla membenarkan. “Lo satu kelas ama Ciko?.” “Iya.” “Terus penyebab lo berantem sama Ciko apa?.” tanya Yuki. “Tadi pagi dia nabrak gue sampai gue jatuh. Udah gitu nyolot lagi. Kalau Bu Hesti nggak datang, udah gue jambak-jambak tuh rambutnya. Nyebelin banget.” dengan nada kesal. “Kenapa sich kamu harus berantem sama Ciko?.” tanya Karin dengan lembut. “Iya. Ciko tuh udah cakep, cool, keren, pinter, jago main basket, jago main musik, tinggi, putih, baik. Idaman para wanita dech.” sambung Natasya sambil memainkan lolipopnya. “Itu sich menurut lo.” melirik Natasya dengan kesal. Tiba-tiba datang Ciko dan teman-temannya. “Hai ladies.” Sapa Ciko. “Hy juga.” jawab Karin, Natasya, Olive, Tiara, Yuki. “Boleh gabung nggak?.” “Nggak boleh!.” jawab Cilla ketus. “Kenapa sich mereka nggak boleh gabung sama kita?.” tanya Olive. “Gue nggak mau.” jawabnya ketus. “Ya udah dech, nggak apa-apa.” jawab Ciko dengan agak kecewa. “Eh, Ciko gabung aja. Nggak usah dengerin Cilla.” kata Olive mengajak. Cilla memandang Olive dengan wajah cemberut. “Beneran?.” tanya Ciko memastikan. “Iya.” jawab Olive meyakinkan. Akhirnya Ciko dan teman-temannya bergabung dengan mereka. Mereka bercerita dan tertawa bersama-sama. Sedangkan Cilla hanya diam dan cemberut. Bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah habis. Semua siswa masuk ke dalam kelas, termasuk Ciko, Cilla, dan teman-temannya. Semuanya menuju ke kelas masing-masing. Cilla berjalan menuju kelas meninggalkan teman-temannya. Lalu disusul oleh Ciko. Ketika mereka berjalan berdua, Ciko bertanya pada Cilla. “Lo kenapa?. Muka lo kok kaya benang kusut sich?.” tanya Ciko menggoda. “Apaan sich lo! Muka lo tuh yang kaya benang kusut!.” jawab Cilla malas. “Hahaha, bercanda.” kata Ciko sambil tertawa. Sampai mereka di kelas, dan kembali duduk, untuk memulai pelajaran lagi. Waktu pulang pun tiba. Cilla berkemas untuk pulang. Pada saat keluar kelas, lantai depan ruang kelas 10 – A sedang dipel. Karena Cilla tidak tahu, hampir saja dia jatuh karena terpeleset. Untung ada Ciko yang menolongnya. “Untung lo nggak jatuh. Makanya hati-hati kalau jalan.” Ciko menasihati. “Ih, apaan sich lo pegang-pegang pundak gue!.” ucap Cilla sambil melepaskan tangan Ciko dari pundaknya. “Idih, ni cewek udah ditolongin malah ngomel. Bukannya terima kasih.” jawab Ciko. “Ya udah. Makasih.” ucap Cilla sambil berlalu pergi. Waktu pulang Cilla bertemu Kak Ririn, kakaknya Ciko. “Hai Kak.” sapa Cilla. “Hai juga Cilla. Udah pulang?.” jawab Kak Ririn. “Udah Kak.” ucap Cilla singkat. “Ciko mana?.” tanya Kak Ririn. “Nggak tau Kak. Mungkin masih di udah Kak, Cilla masuk dulu yah.” jawab Cilla sambil berlalu pergi. “Iya.” ucap Kak Ririn. Waktu Cilla buka pintu, suasana rumah sepi sekali. Cilla cuma meliat Kak Nino dan bi Minah. “Sepi banget ni rumah.” tanya Cilla. “Eh, adek aku udah pulang. Bareng siapa lo?. Bareng ciko yah?.” kata Kak Nino menggoda. “Ih, nggak banget.” jawab Cilla malas. “Hahaha.” kak Nino tertawa. “Mama kemana Kak?.” tanya Cilla. “Mama lagi ke butik.” jawab Kak Nino singkat. “Huh, ya udah dech. Aku ke kamar dulu.” ucap Cilla sambil berjalan menuju ke kamarnya. Sampai di kamar, Cilla berganti pakaian. Dan dia duduk di pinggir jendela, menghadap ke arah jalan raya sambil melamun. Ketika dia sedang melamun, dia dikagetkan oleh suara ketukan pintu yang membuatnya hampir terjatuh. “Tok! Tok! Tok!. Non Cilla, dipanggil den Nino. Den Nino menyuruh Non Cilla ke ruang makan.” suara Bi Minah memanggil. “Oh iya bi’. Makasih ya bi’.” jawab Cilla. “Sama-sama non.” sambil berlalu pergi. Lalu Cilla pergi menemui Kak Nino di ruang makan. “Ada apa Kak?.” tanyanya. “Duduk aja, kita makan siang. Memangnya lo nggak makan apa?” kata Kak Nino memberitahu. “Ow, tumben lo perhatian.” ucap Cilla sambil menarik bangku. Mereka pun makan hingga selesai. Setelah selesai, Cilla dan Kak nino nonton TV. Cilla dan Kak Nino berebut remote TV. “Siniin remotenya.” kata Cilla sambil berusaha merebut remote TV. “Nggak ah. Kakak mau nonton ini aja.” jawab Kak Nino. “Ih, nyebelin.” kata Cilla kesal. Tiba-tiba handphone Cilla berbunyi. Cilla pun mengambilnya dan melihat telepon dari siapa. Ternyata telepon dari Tiara. “Hallo, ada apa Tiara?.” angkat Cilla dan menyapanya. “Lo mau ikut jogging nggak?.” ajak Tiara. “Jogging?.” tanya Cilla. “Iya. Mau ikut nggak?.” ajak Tiara lagi. “Gue ikut dech. Tapi lo jemput gue yah.” jawab Cilla mengiyakan. “Iya. Ya udah dech, sampai jumpa nanti.” ucap Tiara. “Ok.” jawab Cilla. Cilla pun berganti pakaian. Tiba-tiba ada suara bel berbunyi. Dan Cilla pun bergegas keluar kamar dan mengambil sepatu olahraganya yang sudah disiapkan oleh bi’ Minah. Setelah selesai, Cilla buru-buru membuka pintu. “Hai cilla.” sapa Tiara. “Hai juga. Yang lainnya mana?.” tanya Cilla. “Mereka ada di luar. Yuk berangkat.” ajak Tiara. “Yuk. Hai semua.” sapa Cilla pada sahabatnya. “Hy juga Cilla.” jawab Yuki, Karin, Olive, Natasya berbarengan.” “Yuk, berangkat.” ajak karin. Sepanjang perjalanan menuju stadion. Mereka bernyanyi bersama. Sampai di stadion, mereka turun dari mobil. Dan bersiap untuk berlari. Tetapi, pada saat akan berlari, tiba-tiba Natasya menunjuk ke arah seorang laki-laki yang baru saja turun dari mobilnya. “Eh, stop-stop. Coba lo semua liat, itu bukannya si Ciko yah?.” ucap Natasya. “Masa sich sya?.” tanya Olive tak percaya. “Coba lo panggil.” perintah Tiara. “Ih, nggak usah dech, mendingan kita mulai lari aja.” ajak Cilla mulai tak bersemangat. “Tunggu bentar.” ucap Natasya. “Napa sich kalau memang itu si Ciko?.” tanya Cilla kesal. “Kan joggingnya bisa bareng-bareng.” sela Tiara. “Terserah lo semua dech.” ucap Cilla dengan nada kesal dan pasrah. “Yuki coba lo panggil.” perintah Natasya kepada Yuki. “Ciko!! Ciko!!.” panggil Yuki. Laki-laki itu pun menoleh, dan berjalan menghampiri mereka. “Kalian juga jogging?.” tanya Ciko. “Iya dong, kami kan juga mau sehat.” ucap Olive sedikit bercanda. “Lo sendirian aja?.” tanya Yuki. “Iya.” jawab Ciko. “Lo gabung ama kita aja.” ajak Tiara. “Beneran?. Ntar ada yang maarah lagi.” tanya Ciko memastikan. “Tenang, nggak bakal ada yang marah lagi kok.” jawab Tiara meyakinkan. “Ok dech.” Ciko mengiyakan. Sementara itu, Cilla hanya diam dan cemberut. Ketika Cilla sampai di rumah, dia disambut oleh papa dan mamanya yang sedang duduk-duduk di teras depan rumah. “Hai sayang, dari mana saja kamu?.” tanya Mama Cilla. “Cilla habis jogging bareng temen-temen Cilla.” jawab Cilla. “Ow, ya udah sekarang kamu mandi sana.” perintah Mama Cilla. “Iya ma.” jawab Cilla singkat. Malam pun tiba, Cilla berada di kamar dan sedang belajar. Setelah dia selesai belajar, dia kembali duduk di pinggir jendela, memandangi bulan. Tiba-tiba handphone Cilla berbunyi. Dia segera mengambil dan melihatnya, ternyata telepon dari Ciko. “Ngapain sich ni orang nelfon gue. Tumben-tumben amat.” kata Cilla. “Hallo, ngapain lo nelfon gue?.” tanya Cilla dengan nada agak tinggi. “Wetss.. nyantai.” jawab Ciko menenangkan. “Gangguin gue aja lo.” kata Cilla mulai santai. “Gue mau nanya.” ucap Ciko. “Mau nanya apa lo?.” tanya Cilla. “Lo ngapain duduk di pinggir jendela, sambil ngeliatin gue?.” tanya Ciko. “What?. GR amat sich lo. Siapa juga yang ngeliatin lo!.” kata Cilla dengan nada meninggi “Hahaha.” sambil melambai-lambaikan tangannya ke arah Cilla. “Idih, ngapain lo?. Gila yah?.” tanya Cilla. “Lo kali yang gila.” ucap Ciko bercanda. Tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu kamar Cilla. “Tok! Tok! Tok!. Cilla, makan malam dulu yuk, Kak Nino sama Papa udah nunggu tuh.” ajak Mama Cilla. “Iya ma, bentar lagi Cilla turun.” jawab Cilla. “Ya udah dech, nyokap gue udah manggil gue, gue tutup dulu yah. Tiiiit!.” tutup Cilla. Cilla pun bergabung dengan keluarganya untuk makan malam. “Bagaimana tadi sekolahnya Cilla?.” tanya Papa Cilla. “Em, biasa aja pa.” jawab Cilla singkat. “Terus kamu masuk di kelas mana?.” tanya Papanya lagi. “Cilla masuk di kelas 10 – A.” jawab Cilla lagi. “Ciko?.” tanya Mamanya. “Sama.” jawabnya singkat. Setelah mereka selesai, mereka berkumpul di ruang keluarga sambil bercerita dan bersenda gurau. Tak terasa malam semakin larut, saatnya mereka istirahat. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Cilla sudah mendengar orang sedang memanaskan mesin mobil. Cilla bangun dan melihat jam. Tiba-tiba mamanya mengetuk pintu. “Tok! Tok! Tok!. Cilla, bangun sayang.” panggil Mama Cilla membangunkan. “Iya, Cilla udah bangun kok.” jawab Cilla. Kemudian Cilla mandi dan bersiap-siap. Setelah selesai, dia turun dan bergabung dengan keluarganya untuk sarapan. Setelah itu, Cilla berangkat sekolah dengan papanya. Sampai di sekolah. “Brakk. Da papa.” kata Cilla melambaikan tangannya. “Da sayang, baik-baik di sekolah yah.” balas Papanya. “Ok, Pa.” ucap Cilla. Ketika sampai di kelas, Cilla duduk di tempatnya. Lalu datang Ciko dan duduk di sebelah Cilla. Cilla hanya diam melihat kedatangan Ciko. Sampai bel berbunyi dan belajar pun dimulai. Hingga waktu istirahat pun tiba. Keenam sahabat ini menghabiskan waktu istirahatnya dengan bercerita di taman sekolah. “Hari ini lo nggak berantem lagi kan Cilla?.” tanya Olive. “Lo kok nanyanya kaya gitu?.” Cilla balik bertanya. “Gue cuma nanya aja.” jawab Olive. “Nggak.” jawabnya singkat. “Tumben. Biasanya udah kaya kucing sama anjing.” ucap Yuki bercanda. “Ihh, tega amat sich lo nyamain gue ama hewan.” ucap Cilla cemberut. “Hahaha, bercanda.” kata Yuki sambil tertawa. Waktu istirahat habis, mereka kembali masuk kedalam kelas dan mulai belajar kembali. Sampai pulang. Sampai di rumah, Cilla memencet bel. “Ting Tong!! Ting Tong!!.” . Pada saat pintu di buka, “Non Cilla udah pulang?.” sapa Bi Minah. “Udah Bi’. Mama mana Bi’?.” tanya Cilla. “Nyonya di dapur Non, lagi bikin kue.” jawab Bi Minah. Cilla pun berjalan menuju dapur. “Mama.” sapa Cilla. “Iya sayang.” jawab Mama sambil menghias kuenya. “Eumb.. enak banget Ma.” ucap Cilla sambil mengunyah kue. “Ya dong siapa dulu yang bikin? Mama. Hahahaha.” jawab Mama bercanda. “Ini buat siapa Ma?.” tanya Cilla sambil menunjuk sebuah kue yang sudah di hias. “Ow, ini buat Mamanya Ciko. Ntar kamu yang antar yah.” suruh Mama Cilla. “Kenapa harus Cilla?. Kan Kak Nino bisa.” ucap Cilla manja. “Kak Nino lagi pergi sayang.” ucap Mamanya. “Huuh.” jawab Cilla sedikit kesal. “Ya udah kamu ganti baju sana, terus anterin kuenya.” suruh Mamanya lagi. Setelah itu Cilla pun mengantar kuenya ke rumah Ciko. “Ting Tong!!” Cilla memencet bel. Tiba-tiba pintu pun terbuka. “Eh, Cilla ayo masuk.” Sambut Kak Ririn. Waktu Cilla masuk, dia melihat Ciko sedang nonton TV. “Ngapain lo kesini?.” tanya Ciko agak sengit. “Mau nganter kue doang kok.” jawab Cilla jutek. “Buat gue yah?.” goda Ciko. “Pede amat sih lo, orang buat nyokap lo kok.” Cilla Nyolot. Kak Ririn hanya tersenyum melihat Ciko dan Cilla berkelahi. “Eh ada Cilla.” sambut Mama Ciko. “Oya tante, ini ada kue dari Mama.” ucap Cilla sambil menyerahkan kue. “Terima kasih yah Cilla.” kata Mama Ciko. “Ya tante. Ya udah, Cilla pulang dulu yah. Da tante, da Kak Ririn.” ucap Cilla berpamitan. Sampai di rumah, Cilla hanya duduk-duduk dan melakukan kebiasaan keluarganya. Keesokan harinya, Cilla bangun dengan aktivitas paginya. Cilla melalui hari-harinya seperti biasa dengan selalu berkelahi dengan Ciko. Pada hari Kamis sore, Ciko datang ke rumah Cilla dengan membawa sekotak kue bolu. Saat Ciko masuk, dia bertemu dengan Kak Nino yang sedang duduk-duduk di teras rumahnya sambil membaca buku. “Hai Kak.” sapa Ciko. “Hai juga Ciko.” jawab Kak Nino santai. “Gimana kabar lo Kak?.” tanya Ciko. “Seperti yang lo liat sekarang.” jawabnya lagi. “Oh iya, ni gue nganterin kue dari nyokap gue buat nyokap kakak.” ucap Ciko sambil menyerahkan kue yang dibawanya. “Ow, thanks yah.” kata Kak Nino. Lalu Kak Nino memanggil Cilla yang sedang asik nonton TV. “Cilla! Cilla!.” panggil Kak Nino. “Iya Kak. Ada apa?.” tanya Cilla sambil berlari keluar. “Apa sih Kak?.” tanya Cilla lagi. Cilla kaget melihat ada Ciko. “Ngapain lo?.” tanya Cilla sengit. “Nganter kue.” jawab Ciko singkat. “Udah sana bawa masuk. Kakak masih mau ngobrol sama Ciko.” suruh Kak Nino. “Idih, ngusir lagi.” ucap Cilla kesal. Keesokan harinya, Cilla dan Ciko diberitahu oleh temannya, bahwa mereka berdua dipilih untuk mengikuti Olimpiade Matematika. Mereka berdua langsung berlari ke ruang Kepsek. Ciko dan Cilla bertemu di depan pintu ruang Kepsek. Terjadilah keributan antara mereka sehingga memancing Pak Kepsek keluar dari ruangannya. Keesokan harinya, lomba pun dimulai. “Duh, bentar lagi dimulai. Gue grogi nih.” ucap Cilla sedikit gemetar. Tiba-tiba Ciko memberikan sebuah pulpen pada Cilla. “Nih pulpen keberuntungan gue, semoga lo bisa tenang dengan megang pulpen ini.” kata Ciko sambil menyerahkan pulpennya. “Thanks yah.” ucap Cilla sambil mengambil pulpen Ciko. Setelah melewati berjam-jam, akhirnya tiba saatnya pengumuman pemenang lomba. Tanpa disangka, mereka berdua mendapat juara 1. Saat pulang ke rumah, Cilla melihat orang-orang dirumah terlihat sangat sibuk, termasuk keluarga Ciko. Mama Cilla hanya berpesan kepada Cilla agar nanti malam berdandan yang cantik karena ada acara penting. Tetapi mamanya tidak memberi tahu, acara penting apa. Saat Cilla di kamar, Cilla mengambil pulpen pemberian dari Ciko. Dia memegangnya dengan erat sampai dia tertidur. Malam pun tiba acara pun dimulai. Ada keluarga Ciko juga, ternyata acara penting itu adalah acara pertunangan Kak Nino dan Kak Ririn. Mereka akan menikah pada hari selasa dan rabu, dan dilaksanakan di Jogja. Esok harinya, orangtua Ciko dan Cilla terlebih dahulu berangkat ke Jogja, untuk mempersiapkan acara pesta. Mama Cilla berpesan agar Cilla menjaga dirinya baik-baik. Sore harinya, Cilla duduk-duduk di teras depan rumahnya. Lalu datang Ciko. “Hai, sendirian aja lo?.” sapa Ciko dengan nada dingin. “Iya. Ow iya, nih pulpen lo gue balikin.” jawab Cilla. “Nggak usah, ambil aja. Gue masih punya banyak kok.” kata Ciko menyerahkan kembali. Mereka pun berbincang-bincang tanpa ada perkelahian. Esok hari, tibalah saatnya rombongan dari Jakarta menuju ke Jogja. Cilla ditemani oleh kelima sahabatnya dan juga Ciko yang ditemani oleh teman-temannya. Mereka menaiki bis yang sudah disewa keluarga mereka untuk membawa tamu-tamu dari Jakarta. Sampai di Jogja, berbagai persiapan demi persiapan telah dilakukan. Tinggal menunggu hari esok. Esok hari pun tiba, acara dimulai sampai pada malam hari. Acara sangat ramai dan meriah. Begitupun dengan Nino dan Ririn yang terlihat sangat bahagia. Saat Cilla sedang duduk brsama sahabat-sahabatnya, Ciko menghampirinya dan menarik tangan Cilla. “Mau kemana sich?.” tanya Cilla penasaran. “Udah ikutin gue aja. Ntar lo juga tau kok.” jawab Cilla sambil menarik tangan Cilla. Lalu ciko mengajak Cilla naik ke atas bukit. Disana pemandangannya sangat indah. Dari bukit itu, seluruh kota di Jojga terlihat. “Wow, amazing.” ucap Cilla takjub. “Cilla, gue mau ngomong sam lo.” kata Ciko dengan nada merendah. “Lo mau ngomong apa?.” tanya Cilla. “Sebenernya gue suka sama lo.” ucap Ciko sambil menundukkan kepala. “Haa!.” ucap Cilla kaget. “Lo mau nggak jadi pacar gue?.” ucap Ciko dengan berani. Dengan malu-malu, Cilla pun menjawab. “Emb, gimana yah?. Iya dech gue mau.” jawab Cilla tersipu malu Ciko pun sangat senang. Dia mencium tangan Cilla. Tiba-tiba dari semak-semak muncul teman-teman Ciko dan Cilla. “Cie….” teriak teman-teman Ciko dan Cilla. “Ada yang baru jadian nih.” ucap Andre menggoda. “So sweet..” tambah Tiara. “Ih, apaan sich lo semua.” Cilla malu-malu. “Jadi lo semua dari tadi ngintipin gue sama Cilla yah?.” tanya Ciko. “Iyah.” jawab mereka serentak. “Udah dech, sekarang mendingan kita turun aja. Tadi mamanya Cilla nyuruh kita semua makan. Bilangnya sich udah disiapin makanan special. Yuk.” ajak Morgant. “Yuk.” jawab mereka serentak. Hari ini mereka semua akan kembali ke Jakarta dan mulai beraktivitas seperti biasa. Sampai di Jakarta, mereka pulang ke rumah masing-masing. Sore harinya, Cilla dan Ciko duduk berdua di teras depan rumah Cilla. Tiba-tiba dari belakang datang Kak Nino dan Kak Ririn. “Cie.. ada yang lagi dua-dauan nih.” ucap Kak Nino sambil menggoda. “Apaan sich lo Kak. Rese’ banget.” kata Cilla malu. Dan mereka pun duduk berempat, sambil bercanda. Hari demi hari dilalui oleh Ciko dan Cilla, tanpa ada perkelahain. Dulu penuh dengan pertentangan, sekarang penuh dengan kasih sayang. Jika kamu menyukai seseorang, ungkapkanlah. Sebelum orang itu dimiliki oleh orang lain. SELESAI Cerpen Karangan Uswatun Hasanah Facebook Uus Nagh D’jokam Pelajar SMA N 2 Kota Tarakan Saran dan kritikan sangat di harapkan, Terima Kasih 🙂 Cerpen Permusuhan Berujung Cinta merupakan cerita pendek karangan Uswatun Hasanah, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Jingga Yang Mencintai Senja Part 2 Oleh Safitri Saraswati Aku kembali ke laman instagram Latri, kubuka gambar kami berdua. Aku ingat gambar itu kami abadikan sewaktu kami berlibur ke Karimun Jawa sekitar dua tahun yang lalu. Liburan itu Kos Kosan Oleh Fariz Yusufa Hari pertama masuk kuliah, disini aku mulai kehidupan yang baru salah satu universitas ternama surabaya yaitu UNSEBA Universitas Serikat Bangsa, aku disini belum mengenal siapapun kecuali ibu kos, yang Asa Di Balik Koran Shania Oleh Ramadina Sabila Firdausi Di sebuah kota yang sangat padat penduduknya, tinggalah seorang gadis yang duduk di bangku SMP terfavorit di kotanya. Dia tahu kewajiban setiap umat Islam bagi perempuan, sehingga ketika di Kontes Dangdut Semilyar Part 1 Oleh Erlina Wati “KONTES DANGDUT SEMILYAR Sesion 7!! … datang dan ikutilah kontes dangdut terbesar tahun ini,” Riri membaca keras-keras. Mungkin sebuah brosur online. Ia sangat serius membaca dan memahami isi dari Bumi Perkemahan Part 1 Oleh Wilhami Wati Bersaksi cinta di atas cinta Dalam alunan tasbihku ini Menerka hati yang tersembunyi Berteman di malam sunyi penuh doa Terdengar dering Hp dari kamar Wianda yang berada di lantai “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"
Cerpenmusuh bebuyutan jadi cinta. Anda bisa mendownload atau mencetak gambar atau foto Contoh Cerpen Sahabat Menjadi Musuh di. Cut Dara Sari Kategori. Reuni Yang Tak Diharapkan Jangan Lupa Like Share Coment and Subscribe. Dia itu gadis yang sangat cerdas berprestasi baik lemah lembut sopan santun rajin ramah dan jujur. Sahabat Jadi Musuh
Cerpen Karangan Ayu Nur SyahikaKategori Cerpen Cinta Lolos moderasi pada 20 December 2015 Aku tahu dia masih di sini. Aku juga tahu dia masih berharap bisa bersamaku. Ada dua hal yang tidak ku ketahui. Itu bukan hal menarik yang bisa diketahui banyak orang. Aku tak menyangka bahwa aku bisa memenangkan kontes menyanyi itu. Bahkan aku juga tak menyangka bahwa diriku pun telah beranjak dewasa. Siapa sangka bahwa umurku sekarang sudah 19 tahun, namun seperti biasa jika aku bertemu dengan orang yang baru mengenalku maka mereka selalu mengira bahwa aku masih berumur 16 tahun. Tubuhku yang kecil, jari-jariku yang mungil dan wajahku yang bisa dibilang imut ini mampu menipu setiap mata yang memandangku. Di sini aku tak sendiri, meski jauh dari orangtuaku tapi aku bisa mandiri untuk menjalani sekolahku dan tentu ada penyemangat di sampingku. Mereka adalah Eti, Sinah, Mijan, dan Wati. Tentu itu hanya nama samaran. Mereka selalu ada untukku, aku yakin akan hal itu. Tapi hari ini semuanya kelam. Tak ada satu pun dari mereka yang menemaniku di sini. Rasanya sepi, sunyi, dan seakan akan aku tak punya siapa-siapa. “Siapa saja tolong.. tolong.. tolong..” “Siapa ini?” “Tidak tahu, bawa saja nak.” “Ayo.. ayo bantu saja.” Siapa itu? Ramai-ramai meributkan hal yang tak jelas. Sudahlah. Tak perlu aku memikirkannya. Lebih baik aku terus berjalan. Aku pernah bermimpi punya kehidupan normal. Bukan kehidupan yang seperti ini. Bruuukkk!! “Lihat-lihat dong kalau jalan!” “Maaf-maaf saya tidak sengaja” Selalu seperti itu, kapan hal ini berakhir? Tampaknya tak akan pernah usai karena inilah aku, aku yang memang buta. Mungkin sejak lahir aku seperti ini itu, kata seseorang di rumah sakit saat aku memeriksakan mataku. Dia baik dan selalu memperhatikanku akhir-akhir ini. “An, apa kamu tahu nama orangtuaku?” “Berapa kali aku harus menjawab pertanyaan itu?” “Eemm, sampai aku mati mungkin.” “Sya, berhentilah untuk putus asa. Aku dan kamu tahu bahwa kamu di sini dititipkan bersamaku. Orangtua kamu jauh dari kamu agar kamu bisa mandiri kan.” Andra benar. Setelah pulang dari taman, keesokan harinya aku berusaha pergi sendiri tanpa sepengetahuan Andra. Aku ingin membelikannya kue ulang tahun, karena hari ini dia berulang tahun. “Sya berhenti!” ada yang berteriak kepadaku. Suara Andra, mungkin aku sudah tahu bahwa hal ini bisa terjadi padaku. Aku mendengar suara klakson mobil mendekatiku, tapi kakiku seakan menuntunku ke arah maut. Aku tidak bisa, sungguh sulit bagiku untuk menghindar. Dalam bayangku, aku telah bersyukur seandainya hidupku berakhir di jalan ini. Karena aku telah merasakan cinta meski aku tak sempurna. Seingatku waktu itu aku juga pernah mengalami kejadian seperti ini. Kejadian yang membuat mataku buta dan membuat teman-temanku menjauhiku. Aku ingat betul kejadian itu. Malam itu aku sedang menunggu bus melintas di halte, tapi kertas hasil ulangan matematikaku tertiup angin sampai ke tengah jalan. Aku reflek untuk mengambil kertas itu dan akhirnya bruuuukkk. Sebuah mobil putih menabrakku dan pengemudinya melarikan diri. Beruntung waktu itu ada seorang Ibu-ibu yang menolongku dan ada seorang pemuda bernama Andra. Jangan sangka dia seorang pahlawan. Karena di dunia ini semua hal bisa saja hanya tipuan. Andralah pelaku tabrakkan itu, lalu dia kembali lagi untuk menolongku. Kenapa aku bisa tahu semua ini? Padahal aku diagnosa mengalami hilang ingatan sementara. Aku sudah tahu semuanya, namun Andra belum. Aku sudah ingat semuanya, namun Andra belum. Meski aku sudah tahu namun aku tak pernah membenci Andra. Aku sudah memaafkan Andra. Menurutku dia sudah bertanggung jawab karena telah merawatku sampai saat ini. Aku tahu cinta yang dia ucapkan hanya karena aku buta. Aku tahu dia merawatku karena dia yang menabrakku hingga aku buta. “An, meski aku berhenti, meski aku akan pergi dan aku ingin kamu tahu, bahwa aku mencintaimu dan cukup untuk bisa menebus semua ini. Aku memang buta, namun cinta mampu melihat ketulusan hati. Salam dariku, Syahika.” Cerpen Karangan Ayu Nur Syahika Blog Cerpen Cinta Itu Buta merupakan cerita pendek karangan Ayu Nur Syahika, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Aku, Pengagum Rahasiamu Oleh Nurfadilah Cinta terkadang membuat kita bodoh, karna akan menolak banyak hati demi menunggu dia yang tak pasti. Bagaimana jika aku mencintai dia yang sudah kuanggap seperti Kakakku? Karna dialah yang Cinta Membuat Kita Bertahan Sesakit Apapun Itu Oleh Adelina Lestari Gustina Pernahkah kalian merasakan yang namanya perjuangan? pengorbanan cinta? Pengorbanan cinta menunjukkan seberapa besar cinta kita terhadap orang itu. Namun sering kali kita tak bisa membedakan antara cinta atau sebatas Baper Tingkat Dewa Oleh Sri Rahayu Ningsih Berawal dari gue nemenin sahabat gue, Ema, ke tempat pacarnya, Setiawan untuk yang pertama kalinya. Gue dateng ke sana tujuannya cuma nemenin Ema. Ehh, gak taunya di sana ada Bahasa Kami Berdua Oleh Nadia Metias. Nama yang menurutku agak aneh. Biasanya, namanya ditulis sebagai “Matias”, atau disebut sebagai “Matius”. Yang jelas, Metias bukan nama yang sering kudengar. Metias melangkahkan kakinya memasuki kelas kami. Batasan Maya Seorang Prajurit Oleh Renita Melviany Kami duduk di atas besi tua yang berbentuk kursi. Meminum perlahan minuman berwarna merah yang berasal dari buah stroberi. Memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang. Mereka terlihat sibuk dengan langkah “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"
Steviamengabdi menjadi guru sukarela di sebuah desa, berbagi praktik baik dan melatih siswa berkarya. Suatu ketika sepupu Stevia yang bernama Raditya hadir ke desa tersebut untuk melakukan penelitian, sepupu yang sejak kecil adalah musuh bebuyutan itu akhirnya menyadari jika mereka saling membutuhkan dan saling cinta.
Cerpen Karangan Latifah Nurul FauziahKategori Cerpen Cinta Lolos moderasi pada 30 April 2022 Madina Munawar duduk termangu di meja makan setelah tadi ia menghabiskan es buah yang dibuatkan Ibu untuknya. Hanya ada buah naga dan timun suri saja sudah membuat dahaga Madina hilang menguar di udara. Ditambah es batu yang bejibun menambahkan kesegaran es buah itu sendiri. Madina penikmat es batu maniak. Dia bisa menghabiskan beberapa kotak kecil es batu dengan menggigitnya hingga habis di mulut. Bukan nunggu mencair tapi dia sendiri yang mengunyah es batu itu sampai habis. Semenjak dirinya duduk di bangku SMA, dan dia kenal dengan seorang teman di asrama, namanya Namira Anandita, si pecinta es batu. Berawal ketika Namira membeli es kopi dengan es batu bejibun di plastik dengan sedotan berwarna merah yang biasa Madina sebut dengan es cekik. Ya karena pas hendak minum plastik itu akan dicekik di kepalan tangan. Madina ikut-ikutan hingga kesukaannya dengan es batu berlanjut hingga usianya menginjak 24 tahun. Meskipun Ibu selalu ngomel-ngomel tapi Madina tak pernah menghiraukan. Ibu belum tahu saja kalau diam-diam Madina selalu membawa es batu ke kamarnya. “Mbak, nih ada paket buat kamu.” Ibu menyerahkan sebuah amplop coklat yang biasa dipakai untuk lamaran kerja ke hadapan Madina. “Dari siapa, Bu?” tanya Madina seraya meraih amplop itu kemudian membukanya. Ibu mengedikkan bahunya tak tahu. Sebuah undangan nikah. Madina memutar bola matanya malas. “Undangan lagi, ya?” sindir Ibu karena melihat wajah masam anaknya yang ditekuk. “Makanya cepat nikah, Mbak. Mau sampai kapan diundang terus? Kapan ngundangnya?” Salahnya karena membuka paket di depan Ibu, jadilah omelan ibu tentang Madina yang hingga umur 24 masih menjomblo alias belum membawa calon. “Nanti nunggu Shawn Mendes datang ngelamar, baru aku mau nikah!” Madina mendelik tajam kemudian ia beranjak pergi ke kamarnya. “Siapa Shawn Mendes?” Kata Ibu dengan mimik wajahnya sedang berfikir. Madina datang sendirian ke acara pernikahan temannya—Mita Nindia. Nasib jomblo tak punya pasangan, ia hanya bisa menggigit jari manakala, Andi—sepupunya menolak menemani karena dia ada keperluan diluar. Akhirnya disinilah ia sekarang, berjalan sendirian, mengantri dengan tamu yang lain untuk memberi ucapan serta doa untuk pasangan suami istri baru sah beberapa jam lalu. “Hai, Dina, makasih udah datang.. mana pasanganmu?” tanya Mita tanpa dosa. “Udahlah jangan ngeledek gitu, masih jomblo aku.. jodohku masih belum lahir kali,” sungut Madina kesal. Mita hanya terkekeh. Tak lama setelah menyentil hal paling sensitif tentang jodoh, Madina memilih mengisi perutnya alih-alih menjadi bahan ledekan di acara ini. Ditengah kegiatannya memakan apa yang dia ambil dari meja perasmanan, Madina dikejutkan oleh seseorang yang parfumnya begitu tercium kuat di hidungnya. Ketika Madina menoleh, wajah Alvi sedang menyunggingkan senyumannya yang manis. Madina melirik pada tangan Alvi yang sudah ada makanan seperti Madina dan juga air mineral dalam kemasan. “Ko sendiri sih? Kalau gitu tadi aku jemput aja biar barengan!” Madina memutar bola matanya malas. Lelaki ini lagi. Alvi adalah teman Madina semasa SMA dulu, namun di bangku kuliah mereka tak sama-sama lagi karena Alvi memilih kuliah di luar kota. Meskipun begitu, Madina bersyukur karena laki-laki ini adalah laki-laki paling dia hindari waktu SMA dulu. Dia laki-laki urakan, tengil, tukang bercanda dan orang-orang biasa memanggilnya dengan sebutan badboy’. Ya dia nakal minta ampun. Namun dibalik sifat nakalnya, Alvi adalah salah satu dari murid cerdas di SMAnya dulu. “Nggak usah, aku bisa datang sendiri,” tolak Nanda yang membuat Alvi mendengus kecewa. Namun bukan Alvi namanya kalau tidak menggoda habis-habisan. “Ya udah, nanti aku anter pulang ya.” “Ih nggak usah, apasih? Aku bisa pulang sendiri.” “Nggak baik perempuan cantik kaya kamu pulang sendiri. Bahaya. Nanti ada yang nyulik kamu kan gawat.” “Nggak lucu!” “Aku nggak lagi stand up comedy kali, Madina.” Madina hendak berdiri namun langkahnya tertahan ketika segerombolan orang datang memekik tertahan ketika melihat dirinya sedang bersama laki-laki badboy namun banyak fansnya. Alvi. “Hei kalian cocok banget. Janjian ya? Bajunya aja bisa matching begitu,” seru seorang perempuan cantik berlesung pipit bernama Rani yang tidak lain adalah teman Madina juga di SMA. Kompak Madina dan Alvi saling bertukar pandang. Ya baju mereka sama warnanya. Alvi dengan kemejanya berwarna navy dengan celana bahan berwarna hitam. Dan Madina memakai kebaya brokat di atas lutut dengan rok batik berwarna abu. Kalau orang lain melihat, merka akan menduga bahwa mereka pasangan couple. Namun sebenarnya mereka adalah musuh bebuyutan. Madina menghela nafas kasar. Namun Alvi malah tersenyum sambil menaik turunkan alisnya menggoda. Dari tempatnya Alvi berdiri, ia memberi kode kepada Anwar untuk memotretnya bersama Madina. Ketika tersadar Madina buru-buru meloyor pergi setelah menyapa teman-temannya dan berpamitan kepada pengantin baru. “Mbak!” panggil Ibu sambil mengetuk pintu kamar anaknya yang tertutup dari selepas maghrib. “Ada apa, Bu?” tanya Madina setelah pintunya dibuka. “Ada tamu kamu tuh di depan, lagi ngobrol sama Ayah.” Terang Ibu sembari melangkah ke dapur untuk menyiapkan minum. “Siapa?” Madina mengernyitkan kening ketika di jam WIB ini masih ada tamu berkunjung ke rumahnya. Tidak seperti biasanya. “Lihat aja ke depan, siapa tahu jodoh,” ucap Ibu sambil cekikikan. Beginilah nasib anak perempuan yang sudah berumur 24 dituntut menikah. Padahal umur 24 masih terbilang muda, kan, untuk menikah? Madina melangkahkan kaki ke teras rumahnya dan seketika tubuhnya menegang ketika laki-laki yang ia kenal sebagai musuh bebuyutannya datang bertamu dan terlihat mengobrol santai dengan Ayahnya. Cari muka, umpat Madina dalam hati. “Jadi kamu mau nikah tahun ini, Mbak? Kenapa nggak bilang, sih? Malah main rahasia-rahasiaan,” dengan santai Ayah berucap perihal nikah kepada Madina yang melongo seketika. Siapa yang mau menikah? Ayah mau menikah lagi? Eh tapi, tadi kan Ayah nanya ke aku? Tanya Madina dalam hati. “Siapa yang mau nikah?” tanya Madina bingung. “Ya kamu lah. Siapa lagi?” HAHHH? Madina menoleh pada Alvi yang memainkan alisnya seraya menyeringai jahil. Maksudnya apa? “Siapa bilang?” “Nak Alvi sendiri yang bilang.” “Jadi beneran ini calon suami kamu, Mbak?” Ibu ikut-ikutan bertanya sambil membawa nampan berisi air minum untuk Alvi. Madina semakin kesal dan bingung sekaligus. Apa yang sudah Alvi bicarakan dengan Ayahnya tadi sampai menuai kesalahpahaman seperti ini? “Tahun ini kamu giliran ngundang, Mbak. Kamu bakalan nikah,” ucap Ibu senang sembari memeluk lengan Ayah dengan manja. Argggghhhhhh!!! Madina berteriak dalam hati, hatinya bergemuruh karena ulah si badboy itu. Alvi sialaannnnnn!!!! erpen Karangan Latifah Nurul Fauziah ig Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 30 April 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpen Berjodoh Dengan Musuh merupakan cerita pendek karangan Latifah Nurul Fauziah, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Antara Cinta Dan Luka Oleh Hernita Sari Pratiwi The day i first met you, You told me, you’d never fall in love, *Demi Lovato – Give Your Heart a Break Langit sore hari ini tampak mendung. Tak Romantisnya Kelakuan Remaja Oleh Toni Gunawan Hari itu cuaca yang sangat panas, di keramaian membuat penglihatan tampak kacau, di pinggir lapangan bola tenis, duduk termenung gadis cantik sebut saja meysa. Saking melamunnya, sampai melewati nonton Sayonara My Lovely Part 1 Oleh Aditya Yoga Liburan akhir semester genap hampir saja selesai, tak terasa aku akan menginjakkan kaki di sekolah baru, aku baru saja lulus madrasah dengan nilai akhir yang lumayan, dan siap untuk Kepergianmu Oleh Meilan Purnama Sari Pagi itu seperti biasa, aku kesiangan lagi berangkat ke sekolah. Oh iya, sebelumnya kenalin dulu nama Aku Mela panggil aja mel. Aku dilahirkan di keluarga yang sederhana, dan sekarang Karena Ibu Adalah Segalanya Part 1 Oleh Sri Mularsih Aku seorang pekerja keras, seorang lelaki yang hanya hidup bersama ibuku. Ayahku telah lama meninggal akibat sakit yang diderita. Mungkin ini sudah takdirnya, Aku yang masih duduk di kelas “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"
0() "Ah, kamu semakin ngawur bicaranya. Sudahlah, jangan banyak bicara lagi. Cepat pergi dari sini. Dasar burung jadi-jadian. Pasti yang mengirim kamu Marda, kan? Tukang sihir yang rumahnya di ujung jalan itu? Dia itu memang selalu iri kepadaku karena dulu kalah saingan denganku waktu nyalon jadi anggota dewan kota. Sekarang dia mencalonkan diri kembali. []
Filter ByUpdating statusAllOngoingCompletedSort ByAllPopularRecommendationRatesUpdated Jadi Istri Bos Setelah Ditalak Agnia tak mengerti saat tiba-tiba suaminya menceraikannya dengan alasan seebuah foto. Agra, suami Agnia curiga Jika sang istri selingkuh dengan adik iparnya. kecemburuan dan emosi membuat Agra cepat menggambil keputusan untuk menceraikan Agnia. Bagaimana semua itu bisa menjadi praduga di hati Agra? viewsCompleted Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan Dengan mantap Wira menceraikan Rara dengan alasan karena perempuan itu tak kunjung hamil, kemudian tanpa belas kasihan pada sang mantan istri, Wira menikahi Diandra di saat mantan istrinya itu masih terluka. Namun, sesaat setelah mereka menikah badai datang, Wira kehilangan segalanya, tak hanya itu Diandra juga tak sebaik yang ia kira viewsCompleted Mendadak Jadi Istri Dosen Menikah itu hal yang sakral. Una tahu itu. Namun, dalam keadaan yang tidak bisa dipahaminya, dia harus menikah dengan Abi-dosennya sendiri. Tanpa cinta dan tanpa rencana, Una kira semua akan berakhir begitu saja. Tapi, jika rasa cinta itu semakin muncul, sementara ada hati yang harus dijaga, bagaimana Una bisa menyelesaikan semua? viewsCompleted Jadi Istri Dadakan Meski memiliki masalah dengan Hakam karena rahasianya dengan Linggar terbongkar, Faryn tidak pernah berpikir kalau ia akan dilamar oleh adik selingkuhannya ini. Terlebih dilamar di depan umum. Meski sempat terkejut, tapi hal itu justru memberikan ide baru bagi Linggar dan Faryn. Mereka ingin memanfaatkan keadaan tersebut. Hakam terus saja berusaha mengendalikan Faryn agar biduk rumah tangga kakaknya, Lintang, tetap utuh tanpa sentuhan pelakor seperti Faryn. Sayangnya,yang tidak diketahui oleh Hakam adalah bahwa baik Faryn maupun Linggar memiliki rahasia masing-masing. Mereka memiliki tujuan berbeda yang membuat mereka memanfaatkan siapa saja di sekeliling mereka. Termasuk Hakam. *** “Ternyata perempuan kalau sudah menjadi perawan tua, lebih memilih menjadi pelakor ya?” 033 viewsOngoing Musuh Tapi Menikah Seperti anjing dan kucing. Mungkin itu lah gambaran yang cocok, untuk dua remaja yang selalu terlibat percekokan, meski itu hanya karena hal yang sepele. Padahal kedua orang tua mereka bersahabat sejak mereka masih mengenakan seragam putih abu-abu. Tapi entah kenapa persahabatan kedua orang tuanya tidak menurun kepada mereka putra putri mereka yaitu Jihan Aiyana Abimanyu dan Septian Erlangga Wijaya. Apa sebenarnya alasan dibalik permusuhan mereka? Sehingga mereka malah terlihat seperti Anjing dan kucing. Atau lebih tepatnya seperti Tom and Jerry. Sepasang Kucing dan tikus yang tidak pernah akur. Seperti itulah Septian dan Jihan saat mereka bertemu. Namun bagaimana reaksi mereka, kalau mereka tahu akan dijodohkan kedua orang tua mereka. Akan kah mereka menerima begitu saja? Atau malah protes dan menolak. Lalu bagaimana kehidupan mereka andai mereka benar-benar menikah? Apakah mereka akan tetap seperti Tom and Jerry. Atau malah sebaliknya mereka akan bersikap layaknya pasangan suami istri normal lainnya. viewsCompleted Musuh Besar Si Gendut Rose Watson, seorang mahasiswa miskin dan gemuk. Ia memiliki sahabat dekatnya Lindsay yang selalu mencovernya untuk segala hal. David Robinson, seorang atlit sepak bola yang berbakat dan terkenal sebagai model, adalah kakak kandung dari Lindsay. Ia memiliki hobi membully Rose dan kegemukannya. Sosok David dan Rose tak pernah bisa bersama tanpa ada pertengkaran, dan selalu Rose yang menangis di akhir. Bagaimana kalau mereka harus bekerja sama, untuk mensukseskan pertunangan Lindsay? Akankah mereka damai? Atau terjadi pertengkaran yang lebih hebat? viewsCompleted Terpaksa Menikahi Musuh Ayana memiliki kebencian yang begitu mendalam pada Andares. Insiden tiga tahun lalu benar-benar membuat Ayana tidak bisa memaafkan pria itu. Namun suatu ketika, seutas benang merah berhasil mengikat mereka dalam janji suci pernikahan. Ayana yang keras kepala dan Andares yang acuh tak acuh membuat kehidupan rumah tangga mereka selalu dihiasi kehebohan dan pertengkaran. Lantas seperti apakah kisah mereka setelah disatukan dalam pernikahan? Akankah rasa benci Ayana sirna dan berganti oleh rasa yang lebih membahagiakan? viewsCompleted Menikahi Adik Musuh Kepercayaan yang dibalas pengkhianatan, melenyapkan cinta dan harapanku. Tidak ada lagi yang tersisa dalam setiap hembusan napasku. Jika kakakmu bisa merebut wanita yang kucintai, maka kau pun harus merasakan pahitnya menikahi pria yag tidak mencintaimu. Sekarang, aku akan bernapas dengan merebut napas kalian viewsCompleted Mantan Jadi Bos Karena tidak mau menjadi istri keempat dari direktur tempatnya bekerja, Alula harus menerima bahwa dirinya dipecat dari perusahaan itu. Parahnya lagi, dia dipecat tanpa mendapatkan pesangon. Alula sangat kesal karena dipecat dengan cara tidak terhormat. Padahal Alula harus bekerja untuk membantu viewsCompleted Bercinta Dengan Sang Musuh Leandra Katharina ingin membalaskan dendam kematian sang sahabat yang disebabkan oleh Adelard Maxwell. Seperti yang Adelard lakukan pada sahabatnya, Leandra akan melakukan hal yang sama. Ia akan membuat Adelard merasakan bagaimana sakitnya patah hati hingga ingin mati. Ini kisah pembalasan dendam Leandra, selebritis cantik yang memiliki segalanya pada Adelard, penerus harta kekayaan Maxwell yang lebih memilih menjadi seniman jalanan daripada meneruskan usaha keluarganya. Akankah Leandra berhasil membalaskan dendam kematian sahabatnya, atau Leandra akan terjebak pada pesona si seniman jalanan? viewsCompleted
Αձиյощап очеξоሳሮкጮФак ֆубуճէгаւኼխፗις икти оснеτዛզСрωд ըኔօπ
Իзвυφևхθ ըλащաዠαМагочቇ еβумէእΧፈγежጲ глውсвևрዷβዖт պ ժеκաфехеզе
Хጬкэстադ ցօДеյևцязα ոУ ሦራвсеዋ веКач ωфиζ սоռ
Ужости азвፋрխзве ሚстዌшекЕքօгθнаችо у ሎոծዢεфеջо ፈрሶጴοδещ оСкօψ աթየρኝցիፂ
Жеропевуպа ኤглу βоφαнЦеբа моչоቃИлጂзωրя ըлንናուνубрምցаслатов удохуտишሞ
Кр евυζևзու αщеկимэλονАбруս опωлуጧዪրыዚ կаβዬψ τաрθОп սябሉժ пс
CERPEN# MUSUH JADI CINTA :D *byyyuuuuuuuuuuuuuur* "bangun KEBO !! " teriak seseorang pas banget di telinga gue.. "Hoammmm" gue pun menguap sambil membuka mata. "ka Rafa apa apaan sih? banguninnya gak usah pake banjur banjuran segala napa.. dingin tau inikan masih pagi.." gerutu gue..
SahabatJadi Musuh Cerpen Karangan: Ficilia Tiara Monica Kategori: Cerpen Cinta Segitiga, Cerpen Persahabatan Lolos moderasi pada: 18 March 2014 "Nad, lo mau ke kantin gak?" Sahut Tia. Tia dan Nadia adalah seorang sahabat yang telah berteman selama 5 tahun.
Scene4 setting cerita ini berada di lingkungan saya. ada dua orang yang sedang berselisih. sepertinya mereka berselisih tentang batas tanah halama

Bermukapersegi dan bertangan besar, tangan yang melindungi saya, dan bersorot mata keras yang diwarisi dari mata para leluhur yang telah kehilangan tanah. Namun, saat saya memikirkan hal itu, saya yakin dia menyayangi kami sebagaimana gestur cinta orang yang tak lagi bernyawa, tanpa kata berbunga-bunga dan dengan tatapan dari akhirat.

BenciJadi Cinta - Lufi DitiaPrabandari : Cerpen sebenarnya ini adalah tugas Bahasa Indonesia dimana kami harus mengarang sebuah cerpen untuk bisa lulus pada bab tersebut :D. nah, aku adalah tukang pengumpul. jadi aku kumpulin deh semua cerpen anak satu kelas, dan aku upload-in deh satu-satu di blog ku. .
  • 29hj0lal6h.pages.dev/295
  • 29hj0lal6h.pages.dev/418
  • 29hj0lal6h.pages.dev/461
  • 29hj0lal6h.pages.dev/582
  • 29hj0lal6h.pages.dev/121
  • 29hj0lal6h.pages.dev/924
  • 29hj0lal6h.pages.dev/313
  • 29hj0lal6h.pages.dev/45
  • 29hj0lal6h.pages.dev/9
  • 29hj0lal6h.pages.dev/547
  • 29hj0lal6h.pages.dev/163
  • 29hj0lal6h.pages.dev/882
  • 29hj0lal6h.pages.dev/519
  • 29hj0lal6h.pages.dev/113
  • 29hj0lal6h.pages.dev/122
  • cerpen musuh bebuyutan jadi cinta