Adapunmatan hadis itu terdiri dari dua elemen yaitu teks atau lafal dan makna (konsep), sehingga unsur-unsur yang harus dipenuhi oleh suatu matan hadis yang sahih yaitu terhindar dari sya>z| dan 'illat. Contohnya: إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرىء ما نوى فمن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها أو إلى امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر
0% found this document useful 0 votes3 views7 pagesOriginal TitleMakalah Unsur-unsur HaditsCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes3 views7 pagesMakalah Unsur-Unsur HaditsOriginal TitleMakalah Unsur-unsur HaditsJump to Page You are on page 1of 7 You're Reading a Free Preview Pages 4 to 6 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
PengertianSanad - Contoh, Macam dan Penjelasannya Lengkap. By Muhamad Abror Posted on November 5, 2020. Secara sederhana pengertian sanad yaitu rangkaian atau urutan orang-orang yang menyampaikan hadits sehingga terbentuklah suatu hadits yang dapat diyakini oleh umat muslim. Sanad menjadi unsur yang penting dalam hadits, karena dapat MEMAHAMI UNSUR-UNSUR HADITS A. PENGERTIAN SANAD, MATAN, RAWI, MUKHARIJ HADITS1. Sanad haditsKata sanad atau as-sanad menurut bahasa, dari sanada, yasnudu yang berati mutamad sandaran/tempat bersandar, tempat berpegang, yang dipercaya atau yang sah. Dikatakan demikian karena, karena hadits itu bersandar kepadanya dan dipegangi atas temionologis,difinisi sanad ialah ”silsilah orang-orang yang mehubungkan kepada matan hadits”.Silsilah orang maksudnya adalah susunan atau rangkaian orang-orang yang meyampaikan materi hadits tersebut, sejak yang disebut pertama sampai kepada Rasul SAW, yang perbuatan, perkataan, taqrir, dan lainya merupakan materi atau matan hadits. Dengan pegertian diatas maka sebutan sanad hanya berlaku pada serangkaian orang-orang bukan dilihat dari sudut pribadi secara Matan HaditsKata matan atau al-matan menurut bahasa berarti ma shaluba wa irtafa’amin al-aradhitanah yang meninggi. Secara temonologis, istilah matan memiliki beberapa difinisi, yang mana maknanya sama yaitu materi atau lafazh hadits itu sendiri. Pada salah satu definisi yang sangat sederhana misalnya, disebutkan bahwa matan ialah ujung atau tujuan sanad . Dari definisi diatas memberi pengertian bahwa apa yang tertulis setelah penulisan silsilah sanad adalah matan definisi lain seperti yang dikatakan ath-thibi mendifinisikan dengan ”lafazh-lafazh hadits yang didalamnya megandung makna makna tertentu”.Jadi dari pegertian diatas semua, dapat kita simpulkan bahwa yang disebut matan ialah materi atau lafazh hadits itu sendiri, yang penulisannya ditempatkan setelah sanad dan sebelum Sanad dan Matan HaditsPenelitian terhadap sanad dan matan hadits sebagai dua unsur pokok haditssangat diperlukan, bukan karena hadits itu diragukan otentisitasnya. Penelitian ini dilakukan untuk meyaring unsur-unsur luar yang masuk kedalam hadits baik yang disegaja maupun yang tidak disegaja,baik yang sesuai dengan dalil-dalil naqli lainya atau tidak dengan penelitian terhadap kedua unsur hadits diatas, hadits-hadits masa rasul SAW dapat terhindar dari segala yang yang paling utama perlunya dilakuakan penelitian ini, ada dua hal yaitu pertama, karena beredarnya hadits palsu manudhu pada kalangan masyarakat; kedua hadits-hadits tidak ditulis secara resmi pada masa rasul SAW berbeda dengan al-quran, sehinga penulisan hanya bersifat individul tersebar di tangan pribadi sahabat dan tidak Rawi HaditsKata rawi atau arawi, berati orang yang meriwayatkan atau yang memberitakan hadits. Yang dimaksud dengan rawi ialah orang yang merawikan/meriwayatkan, dan memindahkan antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang hampir sama. Sanad-sanad hadits pada tiap-tiap thabaqah atau tingkatannya juga disebut para rawi. Begitu juga setiap perawi pada tiap-tiap thabaqah-nya merupakan sanad bagi yabaqah berikutnya. Akan tetapi yang membedakan kedua istilah diatas ialah, jika dilihat dari dalam dua hal yaituPertama, dalam hal pembukuan hadits. Orang-orang yang menerima hadits kemudian megumpulkanya dalam suatu kitab tadwin disebut dengan rawi. Dengan demikian perawi dapat disebutkan dengan mudawwin, kemudian orang-orang yang menerima hadits dan hanya meyampaikan kepada orang lain, tanpa membukukannya disebut sanad hadits. Berkaitan dengan ini dapat disebutkan bahwa setiap sanad adalah perawi pada setiap tabaqagnya, tetapi tdak setiap perawi disebut sanad hadits karena ada perawi yang langsung dalam penyebutan silsilah hadits, untuk susunan sanad, berbeda dengan peyebutan silsilah susunan rawi. Pada silsilah sanad, yang disebut sanad pertama adalah orang yang lasung meyampaikan hadits tersebut kepada penerimanya. Sedangkan pada rawi yang disebut rawi pertama ialah para sahabat Rasul SAW. Dengan demikian penyebutan silsilah antara kedua istilah ini merupakan sebaliknya. Artinya rawi pertama sanad terakhir dan sanad pertama adalah rawi lebih memperjelas uraian tentang sanad, matandan rawi di atas yang lebih lanjut pada hadits di bawah ini. Abubakar bin Abi Syaibah dan Abukarib telah menceritakan hadits kepada kami yang diterimanya dari al-A’masy dari umara bin umair. Dari Abd ar-rahman bin yazi, dari Abdullah bin mas’ud katanya ”Rasulullah SAW telah bersabda kepada kami wahai sekalian pemuda barang siapa yang sudah mampu untuk melakukan pernikaha, maka menikahlah, karena dengan menikah itulebih dapat menjaga kehormatan. Akan tetapi barang siapa yang belum mampu melakukannya, baginya hendaklah berpuasa. Karena dengan berpuasa itu dapat menahan hasrat seksual” [ dan Muslim]. Di sini dapat kita jelaskan bahwaDari nama Abu Bakar bin abi syaibah sampai dengan Abdullah bin mas’ud merupakan silsilah atau rangkaian /susunan orang-orang yang meyampaikan hadits. Itu semua adalah sanad hadits tersebut, yang juga sebagai jalan mulai kata “wahai sekalian pemuda sampai degan berpuasa dapat menahan hasrat seksual” adalah matan, materi atau lafaz hadits tersebut yang mengandung Takhrij HaditsPegertian menurut bahasa, Kata “takrhij” dari kata kharaja,yakharruju,yang secara bahasa mempunyai bermacam-macam arti. Menurut mahmud ath-tahhan,asal kata takhrij ialah;”berkumpulnya dua hal yang bertentangan dalam satu persoalan”.Pegertian secara terminologi, Menurut Mahmud ath-tahhan pegertian takhrij adalah, “Petunjuk tentang tempat atau letak hadits pada sumber aslinya, yang diriwayatkan dengan meyebutkan sanadnya, kemudian di jelaskan martabat atau kedudukanya manakala di perlukan.”Bedasarkan definisi diatas, maka men-takhrij berati melakukan dua halPertama, berusaha menemukan para penulis hadits itu sendiri dengan rangkaian silsilah memberikan penilaian kulitas hadits apakah hadits tersebut itu shahih atau thakrij merupakan bagian dari ilmu agama yang perlu dipelajari dan dikuasai, sebab di dalamnya dibicarakan tentang berbagai kaidah untuk megetahui darimana sumber hadits itu berasal, selain itu didalamnya ditemukan bayak kegunaan dan hasil yang diperoleh khusunya dalam menentukan kualitas sanad Gelar keahlian bagi imam haditsMengingat jasa dan usaha para ulama hadits yang sangat besar dalam upaya pembinaan dan pengembangan hadits, kepada mereka diberikan laqab atau gelar-gelar tertentu, baik itu mereka yang ada pada thabaqah pertama, kedua, ketika, dan seterusnya. Gelar itu antara lain ialah Al-muhaddits, merupakan gelar untuk ulama yang meguasai hadits, baik dari sudut ilmu riayah maupun di rayah, mampu membedakan hadits dha’if dari yang sahih, meguasai hadits-hadits yang mukthalif dan hallain yang berkaitan dengan ilmu hadits. Amir al-mu’minin fi al-hadits, merupakan gelar bagi ulama ahli hadits termasyhur pada masanya, yang memiliki keistimewaan hafalan dan pegetahuan dalam bidang ilmu hadits baik terhadap matan atau sanadnya. Gelar ini diberikan di antaranya kepada syu’bah bin al-hajjaj, sufyan ats-tsauri, ishak ibn ruhawaih, malik bin anas, ahmad bin hanbal, al-bukhari, ad-daruquthni, az zahabi, dan ibn hajar al-asqalani. Al-hakim, merupakan gelar untuk ulama yang dapat meguasai seluruh hadits, baik dari sudut matan dan sanadnya jarh dan ta’dil-nya, maupun tariknya, ulama yang dapat gelar seperti ini, ialah Ibnu Dinar, Al-laits, dan Asy-syafi’i. Al-Hujjah, merupakan gelar untuk ulama yang dapat menghafal sekitar hadits beserta keadaan sanadnya. Diantara ulama yang mendapat gelar ini Muhammad ibn Abdullah ibn Amir. Al- Hafizh merupakan gelar untuk ulama yang memiliki sifat-sifat seorang Muhaddis. Ulama yang dapat gelar Al-Hafizh adalah yang dapat menghafal dan menguasai hadits, baik matan maupun sanadnya, meskipun dengan jalan sanad yang berbilang, juga mengetahui hadits sahih dan ilmu haditsnya. Menurut Al-Mizzi, gelar al-hafizh ialah untuk ulama yang kadar lupanya sedikit daripada yang ingatannya. Selain gelar Al-Hafizh, ada juga gelar Hafizh Hujjah, dua gelar disatukan. Gelar ganda ini diberikan untuk ulama yang menguasai hadits lebih dari sampai dengan Istilah-istilh kumpulan periwayatHadits-hadits yang diriwayatkan dan dihimpun oleh para mudawwin satu dengan yang lainya tidak sama , sehingga bisa jadi sesuatu hadits diriwayatkan oleh satu,dua,atau tiga perawi, bisa jadi pula hadits lainya hanya diriwayatkan oleh satu dengan ini, maka muncul istilah-istilah atau sebutan-sebutan dalam periwayatan hadits antara lain akhrajahu syaikhani hadits tersebaut diriwayatkan oleh kedua perawi hadits al-bukhari dan muslim akhrajahu shalasah hadits tersebut diriwayatkan oleh tiga perawi haditsabu daud,at-turmidzi, dan an nasa’i akhrajahu arba’atun hadits tersebut diriwayatkan oleh empat perawi abu daud,at-turmidzi,an-nasa’i, dan ibn-majah akhrajahu khamsatun hadits tersebut diriwayatkan oleh abu daud, at-turmidzi, an-nasa’i,ibn majah, dan ahmad akhrajahu sit’tatun hadits tersebut diriwayatkan olehal-bukhari,muslim,abu daud, at turmidzi, an nasa’i, dan ibnu majah akhrajahu sab’atun hadits tersebut diriwayakan olehal-bukhari, muslim, abu-daud, at-turmidzi, an-nasai, ibn majah, ahmad akhrajahu jama’atan hadits tersebut diriwayatkan oleh banyak ulama hadits UnsurUnsur Dasar Sebuah Hadis. Yunal Isra. 24/12/2020. unsur-unsur dasar sebuah hadis. Unsur-unsur dasar sebuah hadis. Secara umum, sebuah riwayat dapat dikatakan sebagai hadis manakala ia melengkapi setidaknya lima unsur penting berikut, yaitu rawi, sanad, mukharrij, shiyaghul ada' dan matan hadis. Seseorang yang tidak melihat sendiri suatu peristiwa masih dapat mengetahui hal tersebut melalui pemberitaan. Persoalannya, pemberitaan itu mungkin benar, mungkin juga keliru. Oleh sebab itu, perlu adanya klarifikasi berita untuk mengecek kebenarannya. Untuk menguji kebenaran masing-masing yang diterima secara tidak langsung itu, memerlukan suatu dasar dan sandaran, kepada dan dari siapa pengetahuan dan pemberitaan itu diterimanya. Jika pemberitahu atau penyampai berita itu bertahap-tahap, maka si pemberi tahu atau penyampai berita yang terakhir harus dapat menunjukkan sandarannya, yakni orang yang memberitakan pada­nya, dan orang yang memberitakan ini pula harus dapat me­nunjukkan sumber asli yang langung, yang menerima sendiri dan pemilik berita. Demikian halnya dengan hadits Nabi saw. Untuk menerima hadits dari Nabi Muhammad unsur-unsur tersebut, yaitu pemberita, materi berita dan sandaran berita. Satupun tidak dapat ditinggalkan. Para Muhadditsin menciptakan istilah-istilah untuk unsur-unsur itu dengan nama Rawi pemberita, Matan materi berita dan Sanad sandaran berita dari suatu hadits Nabi saw. A. Rawi Definisi Rawi Rawi ialah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang gurunya. Bentuk jamaknya adalah ruwah. Perbuatannya menyampaikan hadits tersebut dinamakan me-rawi meriwayatkan hadits. Sebuah Hadits sampai kepada kita dalam bentuknya yang sudah terkodifikasi dalam kodifikasi hadits, melalui beberapa rawi dan sanad. Rawi terakhir hadits yang termaksud dalam Shahih Bukhari atau dalam Shahih Muslim, ialah Imam Bukhari atau Imam Muslim. Demikian pula Rawi terakhir dalam buku Sunan Abu Daud, misalnya, adalah Abu Daud itu sendiri. Seorang penyusun atau pengarang, bila hendak menguatkan suatu hadits yang ditakhrijkan dari suatu kitab hadits, pada umumnya membubuhkan nama rawi terakhirnya pada akhir teks matan haditsnya. Misalnya, terdapat hadits yang diriwayatkan dari Ummul Mukminin, Aisyah ra., bahwa Rasulullah saw bersabda “Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu yang bukan termasuk dalam urusan agamaku, maka ia terto1ak” Riwayat Bukhari dan Muslim. Ini berarti bahwa rawi yang terakhir bagi kita, ialah Bukhari dan Muslim, kendatipun jarak kita dengan beliau-beliau itu sangat jauh dan kita tidak segenerasi dan tidalc pernah berternu, namun dernikian kita dapat rnenemui dan mmenggali kitab beliau. Dalam hal ini kitab beliau merupakan sanad yang kuat. Sistem Penyusunan Kitab Hadits Sebuah Hadits kadang-kadang mempunyai sanad banyak. Dengan kata lain, bahwa Hadits tersebut terdapat dalam kodifikasi atau kitab-kitab Hadits yang berbeda rawi akhirnya. Misalnya, ada sebuah hadits disamping terdapat dalam shahih Bukhari, juga terdapat dalam shahih Muslim. Demikian pula termaktub dalam sunan Abu Dawud dan perawi lainnya. Untuk menyingkat penyantuman nama-nama nawi yang demikian banyak jumlahnya tersebut, penyusun kitab hadits, biasanya tidak mencantumkan nama-nama itu seluruhnya, melain­kan hanya merumuskan dengan bilangan yang menunjukkan banyak atau sedikitnya rawi hadits pada akhir matan haditsnya. Misalnya, rumusan yang dibuat oleh Ibnu Ismail As Shan’ani dalam kitab Sublus-Salam No. Istilah Makna 1. Akhrajahus Sab’ah Hadits itu diriwayatkan oleh tujuh orang rawi, yaitu Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, Abu Dawud, At-Turmudzi, An-Nasa’iy dan Ibnu Majah. 2. Akhrajahus Sittah Diriwayatkan oleh 6 orang rawi, yaitu para perawi pada poin 1 selain Imam Ahmad 3. Akhrajahul Khamsah Diriwayatkan oleh 5 orang, yaitu perawi poin 1 selain Bukhari dan Muslim 4. Akhrajahul Arba’ah wa Ahmad Diriwayatkan oleh para ashabus sunan ditambah Imam Ahmad 5. Akhrajahul Arba’ah Diriwayatkan oleh 4 orang ashabus sunan yaitu Abu daud, Turmudzi, An Nasai, dan Ibnu Majah 6. Akhrajahuts tsalatsah Diriwayatkan oleh 3 orang rawi yaitu Abu Daud, Turmudzi, dan An Nasa`I 7. Akhrajahusy Syaikhain Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim 8. Akhrajahul Jama’ah Diriwayatkan oleh para perawi yang banyak jumlahnya 9. Muttafaq Alaih Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan Ahmad Gelar Keahlian Bagi Imam-Imam Rawi Hadits Para imam hadits pada mendapat gelar keahlian dalam bidang ilmu hadits sesuai dengan keahlian, kemahiran dan kemampuan dalam menghafal beribu-ribu buah hadits beserta ilmu-ilmunya. Gelar keahlian itu ialah sebagai benikut 1. Amirul Mukminin fil Hadits Gelar ini sebenarnya diberikan kepada para khalifah setelah khalifah Abu Bakar As-Shiddiq Mereka yang memperoleh gelar ini antana lain Syu’bah Ibnu Al Hallaj, Sufyan Ats Tsauri, Ishaq Ibnu Rahawaih, Ahmad Ibnu Hambal, Bukhari, Ad Daruquthni, dan Muslim. 2. Yaitu suatu gelar keahlian bagi imam-imam hdits yang menghafal seluruh hadits yang diriwayatkan baik matan, maupun rawinya serta mengetahui persis karakteristik dan sifat-sifat baik ataupun buruk masing-masing perawi tersebut. Setiap rawy diketahui sejarah hjdupnya, perjaialanannnya, guru-guru dan yang dapat diterima maupun ditolak. Mereka harus dapat menghafal lebih dari hadits beserta sanadnya. Diantara mereka adalah Ibnu Dinar meninggal 162 H, Al-Laits bin Sa’ad meninngal 175 H, Imam Malik 179 H dan Imam Syafi’i 204 H. 3. A1-Hujjah Yaitu gelar keahlian bagi para imam yang sanggup menghafal hadits, baik matan, sanad, maupun perihal hal ihwal para perawinya baik tentang keadilabn, kecacatan, dan biografinya. Diantara mereka adalah Hisyam bin Urwah rneninggal 146 H, Abu Hudzail Muhammad bin meninggal 149 H dan Muhammad Abdullahh bin Amr meninggal 242 H. 4. A 1-Hafidh Al hafidh merupakan gelar yang diberikan kepada ahli hadits yang dapat menshahihkan sanad dan matan hadits serta dapat menunjukkan keadlan maupun cacat perawinya. Al hafidh harus menghafal hadits. Diantara mereka yang termasuk Al hafidh adalah Al-’Iraqiy, Syarafuddin Ibnu Hajar Al Asqalani dan Ibnu Daqiqil Id. 5. AL-Muhaddits Ada yang berpendapat dari kalangan muhaddoitsin terdahulu bahwa Al Muhaddits sama dengan Al Hafidh. Namun, belakangan, al Muhaddits dimaknai dengan orang yang mengetahui sanad, iat, nama rawi, tinggi-rendahnya derajat hadits, dan memahami kutubus sittah, musnad Imam Ahmad, Sunan Baihaqi, Mu’jam Thabrani. Juga, ia harus menghafal 1000 hadits. Diantaranya adalah Atha’ bin Abi Ribah seorang Mufti masyarakat Mekah wafat 115 H dan Imam Az-Zabidy salah seorang ulama yang meng­ikhtisharkan kitab Bukhary-Muslim. 6. Al Musnid merupakan sebutan bagi orang yang meriwayatkan hadits besrta sanadnya; baik menguasai ilmunya maupun tidak. Istilah lain untuk Al Musnid adalah Ath Thalib, Al Mubtadi`, dan Ar Rawy. Matnul Hadits Matan Hadits Matan hadits adalah pembicaraan atau materi berita yang terdapat di dalam sanad terakhir. Baik isinya itu berupa sabda Rasulullah saw, ungkapan sahabat tentang Rasulullah saw, ataupun tabi’in yang menceritakan tentang perbuatan sahabat atau Nabi. Ringkasnya, matan itu adalah isi dari teks hadits tersebut. Misalnya, Al Hakim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda “Penghulu syuhada adalah hamzah dan orang yang berdiri di hadapan penguasa untuk menasihatinya lantas ia dibunuh karenanya.” Pernyataan demikian merupakan matan dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Hakim tersebut. Contoh lain, Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda “Masyarakat itu berserikat dalam 3 barang air, padang gembalaan, dan api.” Isi dari hadits tersebut merupakan matan hadits yang diriwayatkan oleh kedua perawi hadits itu. Sanad Arti Sanad Sanad atau thariq ialah jalan yang dapat menghubungkan matnu’l hadits kepada junjungan kita Nabi Muhammad Misalnya seperti kata Al-Bukhari “Telah memberitakan kepadaku Muhammad bin a]-Mutsanna, ujarnya “Abdul-Wabhab ats-Tsaqafy telah mengabarkan kepada­ku, ujarnya” telah bercerita kepadaku Ayyub atas pemberitaan Abi Qilabah dan Anas dari Nabi Muhammad w., sabdanya “Tiga perkara, yang barangsiapa mengamalkannya niscaya mem­peroleh keledzatan iman yakni 1 Allah dan Rasui-Nya hendaknya lebih dicintai daripada selainnya. 2 Kecintaannya kepada seseorang, tak lain karena Allah semata-mata dan 3 Keengganannya kembali kepada ke­kufuran, seperti keengganannya dicampakkan ke neraka”. Maka matnu’l-Hadits “Tsalatsun” sampai dengan “an yuqdzafa finnar” ditenima oleh al-Bukhari melalui sanad pertama Muhammad ibnu’ sanad kedua Abdul-Wahhab­ Ats-Tsaqafy, sanad ketiga Ayyub, sanad keempat Abi Qilabah dan seterusnya sampai sanad yang terakhir, Anas seorang sababat yang langsung menenima sendiri dari Nabi Muhammad saw. Dapat juga dikatakan bahwa sabda Nabi tersebut djsampaikan oleh shahabat Anas sebagai rawi pertama, kepada Abu Qilabah, kemudian Abu Qilabah sebagai Rawi kedua me­nyampaikan kepada Ats Tsaqafy, dan Ats-Tsaqafy sebagai rawi keempat menyampaikan kepada Muhammad Ibnu’l-Mutsanna. hingga sampai kepada Al-Bukhary sebagai rawi terakhir. Dengan demikian, A1-Bukhari itu menjadi sanad pentama dan rawi terakhir bagi kita. Dalam bidang ilmu Hadits sanad itu merupakan neraca untuk menimbang shahih atau dla’ifnya suatu hadits. Andaikata salah ­seorang dalam sanaa-sanad itu ada yang fasik atau yang tertuduh dusta maka, dla’iflah hadits itu, hingga tak dapat dijadikan hujjah untuk menetapkan suatu hukum. Arti Isnad, Musnid, dan Musnad Usaha seorang ahli hadits dalam menerangkan suatu hadits yang diikutinya dengan penjelasan kepada siapa hadits itu disandarkan, disebut meng-isnad-kan hadits. Hadits yang telah diisnadkan oleh si musnid orang yang mengisnadkan disebut dengan hadits musnad. Misalnya musnad Asy-Syihhab dan musnad Al-Firdaus, merupakan kumpulan hadits yang telah diisnadkan oleh Asy-Syihhab dan Al-Firdaus. Selain itu, musnad dapat juga berarti a. Hads yang marfu’ lagi muttashil sanadnya bersambung-­sambung tidak terputus. b. Nama Kitab yang menghimpun seluruh Hadits yang diriwayatkan oleh para shahabat. Dalam Kitab Musnad ini, nama shahabatlah yang diketengahkan sebagai maudlu’ objek. Semua hadits yang diriwayatkan oleh seorang shahabat terhimpun dalam satu kelompok, tanpa diklasifikasikan isinya dan tanpa disisihkan antara mana hadits yang shahih dan mana yang dla’if.
Unsurunsur hadits: 1. Rawi Rawi adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan hadist dalam suatu kitab tentang apa-apa yang pernah didengar dan diterima dari seseorang (gurunya) 2. Matnul hadist Yaitu pembicaraan atau materi yang diover oleh sanad yang terakhir 3. Sanad Yaitu jalan yang dapat menghubungkan matnul hadist dengan Rasulullah.
Jakarta Pengertian hadits menurut bahasa dan istilah perlu dipahami oleh setiap muslim. Pasalnya, hadits ditulis oleh para ulama zaman dulu untuk menginformasikan tentang sunah rasul. Tentunya apa yang disampikan oleh Rasulullah SAW adalah benar. 10 Keistimewaan Bulan Rajab dalam Islam, Bulan Suci Penuh Kemuliaan Perbedaan Qada dan Qadar, Pengertian, Dalil, dan Fungsi Mengimaninya Pengertian Shadaqah, Keutamaan, Hukum, dan Jenis-Jenisnya yang Perlu Diketahui Hadits adalah sunah rasul yang dituliskan kembali, karena itulah hadits tentunya memiliki fungsi terhadap pemahaman Al-Qur’an. Penafsiran hadits tidak boleh dilakukan dengan sembarangan, hanya orang yang benar-benar ahli dan memiliki ilmu pengetahuan terkait tentangnya yang bisa melakukannya. Pengertian hadits menurut bahasa dan istilah penting dikenali umat Islam. Perkembangan hadits merupakan elemen penting selama tiga abad pertama sejarah Islam, dan kajiannya memberikan indeks yang luas pada pikiran dan etos Islam. Berikut rangkum dari berbagai sumber, Jumat 4/2/2022 tentang pengertian hadits menurut bahasa dan kecintaan Allah pada manusia tertuang dalam sebuah hadis yang berbunyi,"Bahwa manusia diciptakan sesuai dengan peta Tuhan."Hadis, sunnah, Islam. Image by Amirul Islam from PixabayPengertian hadits menurut bahasa dan istilah dapat kamu pahami dengan penjelasan berikut. Dalam bahasa Arab, hadith berarti "laporan", "akun", atau "naratif". Kata Hadits juga berarti al-khabar berita, yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Bentuk pluralnya adalah al-ahadits. Dalam terminologi Islam, pengertian hadits berarti melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad SAW. Pengertian hadits menurut bahasa dan istilah ini tentunya perlu kamu ikuti dengan pemahaman dari para ahli. Pengertian hadits menurut bahasa dan istilah, tekhusu dari para ahli, yaitu - Menurut para ahli hadits, hadits merupakan segala perkataan sabda, perbuatan, hal ihwal kejadian, peristiwa, masalah, dan ketetapan lainnya yang disandarkan kepada Nabi Muhahmmad SAW. - Menurut ahli ushul fiqh ushuliyyun, hadits adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW yang hanya berhubungan dengan hukum-hukum islam. - Menurut jumhur ulama, beberapa ulama berpendapat bahwa pengertian hadits menurut bahasa dan istilah adalah segala perkataan sabda, perbuatan, dan ketetapan lainnya taqrir yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan para tabiin. Pengertian hadits menurut bahasa dan istilah pada intinya bisa dimaknai sebagai segala perkataan sabda, perbuatan, dan ketetapan lainnya dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan hukum syariat Islam selain Al-Qur’an. Dalam memahami pengertian hadits menurut bahasa dan istilah, kamu juga perlu mengetahui siapa saja ulama-ulama ahlul hadits. Ada banyak sekali ulama-ulama ahlul hadits. Namun yang paling terkemuka ada 7 orang, di antaranya adalah Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Turmudzi, Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam Ibnu Majah, dan Imam Nasa’ HaditsPengertian hadits menurut bahasa dan istilah tentunya harus disertai dengan pengenal unsurnya. Menurut Khusniati Rofiah dalam buku Studi Ilmu Hadits, tiap Hadits memiliki dua unsur utama yaitu sanad dan matan. Ada juga rawi yang menyampaikan Hadits. Unsur-unsur Hadits adalah Rawi Rawi dalam Hadits adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang gurunya. Bentuk jamaknya adalah ruwah dan perbuatannya menyampaikan Hadits disebut meriwayatkan Hadits. Hadits yang ditakhrijkan dari suatu kitab Hadits pada umumnya membubuhkan nama rawi terakhirnya pada akhir matan Hadits. Contohnya, Hadits di depan, rawi terakhirnya adalah Imam Bukhari. Sedangkan rawi pertamanya adalah Abdullah sahabat nabi. Matan Matan dalam Hadits adalah pembicaraan kalam atau materi berita yang diover oleh sanad yang terakhir. Baik pembicaraan itu sabda Rasulullah SAW, sahabat ataupun Tabi’in. Baik pembicaraan itu tentang Nabi atau taqrir Nabi. Sanad Sanad dalam Hadits adalah yang disebut sebelum matan Hadits. Sanad merupakan silsilah orang-orang yang menghubungkan Hadits. Sisilah orang-orang maksudnya adalah susunan atau rangkaian orang-orang perawi Hadits yang menyampaikan materi Hadits sejak mukharrij sampai kepada perawi terakhir yang bersambung kepada haditsilustrasi Al-Quran/freepikHadits sebagai kitab berisi berita tentang sabda, perbuatan dan sikap Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul. Sabda dan perbuatan ini dikumpulkan para sahabat Nabi yang selanjutnya disampaikan kepada sahabat lain. Masa pembentukan Hadits tiada lain masa kerasulan Nabi Muhammad SAW itu sendiri, ialah lebih kurang 23 tahun. Masa pembentukan Pada masa ini Hadits belum ditulis, dan hanya berada dalam benak atau hafalan para sahabat saja. perode ini disebut al wahyu wa at takwin. Periode ini dimulai sejak Muhammad diangkat sebagai nabi dan rasul hingga wafatnya 610M-632 M. Pada saat ini Nabi Muhammad sempat melarang penulisan Hadits agar tidak tercampur dengan periwayatan Al Qur'an. Namun, setelah beberapa waktu, Nabi Muhammad SAW membolehkan penulisan Hadits dari beberapa orang sahabat yang mulia, seperti Abdullah bin Mas'ud, Abu Bakar, Umar, Abu Hurairah, Zaid bin Tsabit, dan lainnya. Masa penggalian Masa ini dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 11 H atau 632 M. Pada masa ini Hadits belum ditulis ataupun dibukukan, kecuali yang dilakukan oleh beberapa sahabat seperti Abu Hurairah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Abdullah bin Mas'ud, dan lainnya. Seiring dengan perkembangan dakwah, mulailah bermunculan persoalan baru umat Islam yang mendorong para sahabat saling bertukar Hadits dan menggali dari sumber-sumber utamanya. Masa penghimpunan Masa ini ditandai dengan sikap para sahabat dan tabi'in yang mulai menolak menerima Hadits baru, seiring terjadinya tragedi perebutan kedudukan kekhalifahan yang bergeser ke bidang syari'at dan 'aqidah dengan munculnya Hadits palsu. Pada masa pemerintahan Khalifah 'Umar bin 'Abdul 'Aziz sekaligus sebagai salah seorang tabi'in memerintahkan penghimpunan Hadits. Masa ini terjadi pada abad 2 H, dan Hadits yang terhimpun belum dipisahkan mana yang merupakan Hadits marfu' dan mana yang mauquf dan mana yang maqthu'. Masa pendiwanan dan penyusunan Abad 3 H merupakan masa pendiwanan pembukuan dan penyusunan Hadits. Selanjutnya pada abad 4 H, usaha pembukuan Hadits terus dilanjutkan hingga dinyatakannya bahwa pada masa ini telah selesai melakukan pembinaan maghligai Hadits. Sedangkan abad 5 hijriyah dan seterusnya adalah masa memperbaiki susunan kitab Hadits seperti menghimpun yang terserakan atau menghimpun untuk memudahkan mempelajarinya dengan sumber utamanya kitab-kitab Hadits abad ke-4 Hijriyah.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. Unsur- unsur hadis adalah Matan, Sanad dan Rawi a. Matan adalah Isi dari Hadis b. Sanad adalah sandaran atau jalan yang menyampaikan kepada matan hadis c. Rawi adalah orang yang meriwayatkan hadis. 4. Cakupan hadis adalah semua aspek kehidupan manusia antara lain, aqidah dan keimanan, hukum, ibadah dan muamalah serta politik dan kemasyarakatan 100% found this document useful 7 votes7K views17 pagesOriginal TitleMAKALAH UH KEL 3 UNSUR-UNSUR HADITSCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 7 votes7K views17 pagesMakalah Uh Kel 3 Unsur-Unsur HaditsOriginal TitleMAKALAH UH KEL 3 UNSUR-UNSUR HADITSJump to Page You are on page 1of 17 You're Reading a Free Preview Pages 7 to 15 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Unsurunsur hadits terdiri dari sanad ,matan dan rawi. Ø Sanad adalah silsilah perkataan dari Nabi Muhamad kepada sahabat. Ø Matan adalah isi dari perkataan dan perbuatan Nabi Muhamad. Ø Isnad adalah rangkaian urutan suatu sanad hadits Ø Musnid adalah orang yang menerangkan sanad suatu hadits Ø Musnad adalah
Sanad Secara bahasa, sanad berasal dari kata سند yang berarti انضمام الشيئ الى الشيئ penggabungan sesuatu ke sesuatu yang lain[1], karena di dalamnya tersusun banyak nama yang tergabung dalam satu rentetan jalan. Bisa juga berarti المعتمد pegangan. Dinamakan demikian karena hadis merupakan sesuatu yang menjadi sandaran dan pegangan[2]. Sementara termenologi, sanad adalah jalan yang dapat menghubungkan matan hadis sampai kepada Nabi Muhammad saw. Dengan kata lain, sanad adalah rentetan perawi-perawi beberapa orang yang sampai kepada matan hadis.[3] Berikut adalah contoh sanad حدثنا الحميدي عبد الله بن الزبير قال حدثنا سفيان قال حدثنا يحيى بن سعيد الأنصاري قال أخبرني محمد بن إبراهيم التيمي أنه سمع علقمة بن وقاص الليثي يقول سمعت عمر بن الخطاب رضي الله عنه على المنبر قال سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول “Al-Humaidi> ibn al-Zubair telah menceritakan kepada kami seraya berkata Sufya>n telah mmenceritakan kepada kami seraya berkata Yahya> ibn Sa’i>d al-Ans}a>ri> telah menceritakan kepada kami seraya berkata Muhammad ibn Ibra>hi>m al-Taimi telah memberitakan kepada saya bahwa dia mendengar Alqamah ibn Waqqa>s{ al-Laisi> berkata “saya mendengar Umar ibn al-Khat}t}a>b ra berkata di atas mimbar “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda… Matan Matan, berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari huruf م- ت- نMatan memiliki makna “punggung jalan” atau bagian tanah yang keras dan menonjol ke atas.[4] Apabila dirangkai menjadi kalimat matn al-hads maka defenisinya adalah ألفاظ الحديث التى تتقوم بها المعانى “Kata-kata hadis yang dengannya terbentuk makna-makna”.[5] Dapat juga diartikan sebagai ما ينتهى إليه السند من الكل Apa yang berhenti dari sanad berupa perkataan.[6] Adapun matan hadis itu terdiri dari dua elemen yaitu teks atau lafal dan makna konsep, sehingga unsur-unsur yang harus dipenuhi oleh suatu matan hadis yang sahih yaitu terhindar dari sya>z dan ’illat. Contohnya إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرىء ما نوى فمن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها أو إلى امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر… “Amal-amal perbuatan itu hanya tergantung niatnya dan setipa orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrah karena untuk mendapatkan dunia atau karena perempuan yang akan dinikahinya maka hijrahnya akan mendapatkan sesuai dengan tujuan hijrahnya… Rawi Kata perawi atau al-ra>wi> dalam bahasa Arab dari kata riwayat yang berarti memindahkan atau menukilkan, yakni memindahkan suatu berita dari seseoarang kepada orang lain.[7] Dalam istilah hadis, al-ra>wi> adalah orang yang meriwayatkan hadis dari seorang guru kepada orang lain yang tercantum dalam buku hadis.[8] Jadi, nama-nama yang terdapat dalam sanad disebut rawi, seperti حدثنا الحميدي عبد الله بن الزبير قال حدثنا سفيان قال حدثنا يحيى بن سعيد الأنصارى قال أخبرني محمد بن إبراهيم التيمي أنه سمع علقمة بن وقاص الليثي يقول سمعت عمر بن الخطاب رضي الله عنه على المنبر… Nama-nama yang digarisbawi dalam sanad di atas disebut rawi. Sebenarnya antara rawi dan sanad merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan karena sanad hadis pada setiap generasi terdiri dari beberapa perawi.[9] Singkatnya sanad itu lebih menekankan pada mata rantai/silsilah sedangkan rawi adalah orang yang terdapat dalam silsilah tersebut. Mukharrij Mukharrij secara bahasa adala orang yang mengeluarkan. Kaitannya dengan hadis, mukharrij adalah orang yang telah menukil atau mencatat hadis pada kitabnya, seperti kitab al-Bukha>ri>.[10] Memindahkan hadis dari seorang guru kepada orang lain lalu membukukannya dalam kitab disebut mukharrij. Oleh sebab itu, semua perawi hadis yang membukukan hadis yang diriwayatkannya disebut mukharrij seperti para penyusun al-kutub al-tis’ah kitab sembilan. Ontoh رواه البخارى Hadis Riwayat Bukhari HR. Bukhari = أخرجه مسلم Hadis Riwayat Muslin HR. Muslim = [1]Abu Husain Ahmad bin Fa>ris bin Zaka>riya>, vol. III, hal. 76. [2]Mah}mu>d al-T{ah{h{a>n, Taisi>r Mus}t}alah al-H{adi>s, Cet. VIII; al-Riya>d} Maktabah al-Ma’a>rif, 1407 H./1987 M., h. 16. [3]Mahmud al-Thahhan, hal. 16. [4]Ibn Mandzur, Lisan al-Arab Dar Lisan al-Arab, Beirut, tt, h. 434-435. [5]Al-Damini, Maqayis Naqd Mutun al-Sunnah, Riyadh Jami’ah Ibn Sa’ud, 1984, h. 50. Lihat juga Muhammad `Ajjaj al-Khatib, Ushūl al-Hadīts `Ulūmuhu wa Musthalahuhu, Dar al-Fikr Beirut, 1989, h. 32. [6]Ibn Shalah, Ulum al-Hadits, al-Maktabah al-Ilmiyyah Madinah al-Munawwarah, 1972, h. 18. [7]Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Hadis Cet. II; Jakarta PT Bumi Aksara, 2002, h. 207. [8]H. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis cet. I; Jakarta Amzah, 2008, h. 104. [9]H. Mudasir, h. 63. [10]HM. Noor Sulaiman, PL, h. 20.
4 Murid-murid yang menerima hadis darinya; 5. Kedudukannya dalam ilmu hadis dan hasil karyanya dalam bidang. hadis; fKesimpulan: Sanad dan matan merupakan dua unsur pokok yang harus ada pada setiap hadis. Tanpa adanya sanad dalam hadis, maka itu tidak bisa kita sebut sebagai hadis.
Ketika mendalami agama Islam, hadits merupakan salah satu sumber ajaran yang sangat penting. Hadits merupakan perkataan, perbuatan, dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW. Sebagai umat Islam, kita harus mengetahui dan memahami hadits dengan baik agar dapat mengambil pelajaran dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam artikel ini, kita akan membahas unsur-unsur hadits dan memberikan contoh-contoh hadits yang memperjelas unsur-unsur yang kita ketahui, hadits terdiri dari beberapa unsur yang perlu dipahami dengan baik. Berikut ini adalah unsur-unsur hadits yang harus diketahui1. SanadSanad merupakan rantai periwayatan hadits yang menghubungkan perawi dengan Nabi Muhammad SAW secara langsung atau tidak langsung. Sanad ini merupakan bagian yang sangat penting dari sebuah hadits karena menentukan keabsahan hadits sanad“Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah, telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Dinar, dari Abdullah bin Umar, dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda…”2. MatanMatan merupakan isi atau teks hadits itu sendiri. Matan harus memenuhi syarat kebenaran dan kesahihan agar dapat dijadikan sebagai sumber ajaran dalam agama matan“Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan terang cahayanya di antara dua Jum’at.”3. RawiRawi merupakan perawi hadits yang mendapat sanad dari perawi sebelumnya. Rawi harus dikenal dengan baik dan dipercayai kejujurannya dalam menyampaikan hadits rawi“Abu Bakar bin Abi Syaibah, Abdullah bin Dinar, Abdullah bin Umar…”4. TsiqahTsiqah merupakan syarat kepercayaan dalam hadits yang menunjukkan kejujuran dan kepercayaan perawi hadits tersebut. Tsiqah harus dipenuhi oleh seluruh perawi hadits dalam tsiqah“Tsiqah”5. ShaduqShaduq merupakan syarat kepercayaan dalam hadits yang menunjukkan keadilan dan keshahihan perawi hadits tersebut. Shaduq harus dipenuhi oleh seluruh perawi hadits dalam shaduq“Shaduq”Contoh-contoh HaditsBerikut ini adalah beberapa contoh hadits yang memperjelas unsur-unsur hadits tersebut1. Hadits mengenai SanadSanadMatan“Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah, telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Dinar, dari Abdullah bin Umar, dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda…”“Sesungguhnya di dalam jasad itu terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, maka baiklah seluruh jasad. Dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.”Contoh hadits di atas menunjukkan sanad hadits yang jelas dan memenuhi syarat keabsahan hadits. Hadits tersebut juga memiliki matan yang memberikan pelajaran tentang pentingnya menjaga hati yang bersih dan Hadits mengenai Matan“Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan terang cahayanya di antara dua Jum’at.”Contoh hadits di atas menunjukkan matan hadits yang jelas dan memenuhi syarat kebenaran dan kesahihan. Hadits tersebut memberikan pelajaran tentang keutamaan membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’ Hadits mengenai Rawi“Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah, telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Dinar, dari Abdullah bin Umar, dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda…”Contoh hadits di atas menunjukkan rawi hadits yang jelas dan dapat dipercayai kejujurannya dalam menyampaikan hadits Hadits mengenai Tsiqah“Tsiqah”Contoh hadits di atas menunjukkan bahwa seluruh perawi hadits dalam sanad tersebut dipercayai kejujurannya dalam menyampaikan hadits Hadits mengenai Shaduq“Shaduq”Contoh hadits di atas menunjukkan bahwa seluruh perawi hadits dalam sanad tersebut dipercayai keadilan dan kesahihannya dalam menyampaikan hadits mempelajari hadits, kita harus memahami unsur-unsur hadits dengan baik agar dapat memahami keabsahan dan kesahihan hadits tersebut. Selain itu, kita juga harus mempelajari hadits dengan hati yang terbuka dan tekun agar dapat mengambil pelajaran dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memahami hadits dengan baik, kita dapat memperkuat iman dan mendapatkan keberkahan dari Allah Description dan KeywordsRelated video of Unsur-unsur Hadits dan Contohnya Mempelajari Dasar-dasar Hadits
Daricontoh Hadis di atas, ada tiga unsur pokok yang terkandung di dalamnya. Yakni Rawi (orang yang meriwayatkan) sanad (jalur periawayatan) matan hadis (isi hadis) 1. Rawi (periwatan)
A. SanadSanad secara istilah adalah  ةَِْِسِلَجِ  اَ  ْاةَِ  صَْِِ yaitu silsilah orang-orang yang menghubungkan kepada dimaksud silsilah orang-orang adalah susunan ataurangkaian orang-orang yang menyampaikan materi hadis. Contohhadis َح َةََْَ  ْب ِ  ْَ ََثّَح عِفَ ْَ ْكِَ ََثّْ ََ   ِْب ِ  ْََ   َِضَرص ِ َلْ  سَر ّنَا َ  ىّ َنَََر َََذ َّَسَو ِْََ  َح ْ  ْ  َت َ َلََف ى َح اْو  ِطْ  ت ََو َلَِْااْوََتَ ّ  غ ْنِَف  هْوََت ىْ  ْ  َ  ْَ يرخا ةََْَ  ْب ِ  ْَ ْكِَ عِفَ ََ   ِْب ِ  ْَ ّَسَو ِْََ   ىّَص ِ َلْ  سَر Silsilah orang-orang yang menyampaikan hadis tersebut adalah B. MatanUnsur hadis yang kedua adalah matan. Menurut istilah ilmu hadis, matan didefinisikan sebagai  َ  َف ِََْا َِ  َّا ِْَِ ىََِ ْَِْاَِ  ذ ْيِّا ِْِَْا  ُ  َ  دَس Yaitu perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Nabisaw. yang disebut sesudah disebutkan sanadnya. Contoh hadis َح َةََْَ  ْب ِ  ْَ ََثّَح ْَ عِفَ ْَ ْكِَ ََثِ  ْ  سَر ّنَا َ  ْَ   َِضَر ََ   ِْبَ   ىّَص ِ َلْِْ َّَسَو  َت َ َلََف َنَََر َََذِْااْوََت ىّَح ْ  ْََو َل  ّ  غ ْنِَف  هْوََت ىّَح اْو  ِطْ  ت  َ  ر  ْقَف ْ  ْَ هاوريرخا ٧٧٣ Unsurunsur hadits dan contohnya. Pengertian sanad, matan, rawi, mukharij hadits. 3 unsur hadist (sanad,matan,rawi 1. Dikatakan demikian karena, karena hadits itu bersandar kepadanya dan. Bisa juga berarti المعتمد (pegangan). Contohnya firman allah dalam surat al baqarah ayat 110, yang artinya "dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah .
  • 29hj0lal6h.pages.dev/165
  • 29hj0lal6h.pages.dev/626
  • 29hj0lal6h.pages.dev/641
  • 29hj0lal6h.pages.dev/459
  • 29hj0lal6h.pages.dev/127
  • 29hj0lal6h.pages.dev/640
  • 29hj0lal6h.pages.dev/379
  • 29hj0lal6h.pages.dev/606
  • 29hj0lal6h.pages.dev/558
  • 29hj0lal6h.pages.dev/622
  • 29hj0lal6h.pages.dev/711
  • 29hj0lal6h.pages.dev/746
  • 29hj0lal6h.pages.dev/418
  • 29hj0lal6h.pages.dev/708
  • 29hj0lal6h.pages.dev/642
  • unsur unsur hadits dan contohnya